Sabtu, 02 November 2013

Tradisi menyambut 1 muharram di indonesia




·         Tradisi Bubur Suro di Jawa Barat

Tradisi bubur suro merupakan salah satu cara yang dilakukan masyarakat Jawa Barat (khususnya Tasikmalaya dan Limbangan, Garut) untuk menyambut datangnya bulan Muharram sekaligus mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW di medan peperangan. Pagi hari setiap tanggal sepuluh Muharram, hampir setiap rumah penduduk memasak bubur merah dan bubur putih secara terpisah dan dikenal dengan sebutan bubur suro. Selanjutnya, bubur suro akan dibawa ke masjid bersama dengan beragam makanan ringan lainnya. Penduduk-penduduk yang mengikuti acara di masjid akan duduk membentuk lingkaran dan acara tersebut akan dipimpin oleh orang yang dituakan di daerah tersebut. Seorang wanita paruh baya akan membacakan solawat dan pujian bagi Rasullulah SAW yang diambil dari kitab Al- Barzanzi. Seusai Al-Barzanzi dilantunkan, maka akan diceritakanlah kisah hidup Husein bin Ali bin Abi Thalib, perjuangannya dalam menegakkan keadilan hingga Ia mati sahid di medan peperangan. Setelah pembacaan kisah usai, maka para penduduk akan bersama-sama menikmati hidangan yang telah disajikan.
http://mail.lebaran.com/images/bubursuro.JPG
Bubur Suro dalam Peringatan Bulan Muharram di Jawa Barat

  • Tradisi Tabot di Bengkulu
Tabot merupakan upacara tradisional yang diadakan di Bengkulu untuk menyambut datangnya bulan
Muharram. Tradisi ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal satu hingga tanggal sepuluh bulan Muharram. Awalnya upacara tabot dilakukan untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW (Husein bin Ali bin Abi Thalib) dalam peperangan melawan Ubaidillah bin Zaid. Namun sekarang, tradisi tabot juga sudah mulai bergeser dengan tujuan untuk menyambut datangnya tahun baru Hijriyah serta mewujudkan partisipasi rakyat Bengkulu untuk tetap membina hubungan yang harmonis dan melestarikan budaya Bengkulu.
  
http://mail.lebaran.com/images/tabot.JPG
Tradisi Tabot untuk Menyambut Tahun Baru Hijriyah di Bengkulu

·         Tradisi Tabut di Pariaman, Sumatera Barat

Tradisi Tabut yang dilaksanakan masyarakat Pariaman tidak jauh berbeda dengan upacara Tabot di Bengkulu. Tujuan dari perayaan tabut juga tak lain adalah untuk menghormati perjuangan cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam peperangan. Pada hari kesembilan di bulan Muharram, semua masyarakat akan pergi keluar rumah sambil membawa gendang dan gong kemudian membunyikannya. Kemudian pada hari kesepuluh, mereka akan keluar dengan membawa tabut kecil dan meminta sedekah kepada orang-orang. Tabut adalah semacam menara yang berbentuk kuda bersayap. Tabut tersebut membawa seorang anak kecil berpakaian kuning yang kemudian akan diarak ke rumah-rumah penduduk. Anak-anak kecil yang lain akan mengiringi arak-arakan tabut sambil berteriak “Husein, Husein”. Di malam keduabelas, masyarakat akan mengambil tabut, gendang serta sedekah yang telah dikumpulkan dan akan dibawa ke sungai pada malam harinya. Setelah sampai di sungai, mereka kemudian akan melantunkan beberapa syair dan menghanyutkan tabut-tabut tersebut ke sungai. Ketika tabut-tabut yang dilarung tersebut mulai tenggelam, mereka akan menjerit histeris sebagai simbol untuk mengenang wafatnya Husein bin Ali bin Abi Thalib.
tabuik pariaman.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar