Jumat, 25 November 2011

kebijakan dakwah nabi

Di antara keindahan cara dakwah Rasulullah SAW, jawaban beliau kepada penanya bersifat umum, walau sebenarnya cukup dijawab: ya atau tidak. Ketika Rasulullah SAW berdakwah kepada beberapa kabilah, seorang lelaki dari kabilah Muharib yang dahulu sering mengganggu beliau, tapi saat itu telah masuk Islam datang bersama utusan kabilah Muharib. Ia mengingatkan Rasulullah tentang perlakuan buruknya dahulu, kemudian memohon kepada Rasulullah SAW, “Mintakan ampun untukku.” Nabi SAW menjawab: “Sesungguhnya Islam menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan ketika seseorang masih kafir.” [1].
Di antara cara dakwah Rasulullah SAW adalah penggunaan contoh dan permisalan. Contoh dan permisalan akan meninggalkan kesan lebih kuat, dapat membuat berbagai hakikat yang tersembunyi menjadi jelas dan perkara yang sulit menjadi mudah dipahami. Contoh paling indah yang pernah kami dengar adalah sabda Rasulullah SAW: “Kau akan melihat kasih sayang di antara orang-orang mukmin ibarat anggota tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain tak bisa tidur dan merasakan demam.” (HR. Bukhari).

Di antara siasat dakwah Rasulullah SAW adalah penggunaan kalimat yang dapat dimengerti suatu kaum dan penghindaran kalimat-kalimat yang sulit dipahami, sebagaimana sabda beliau: “Bicaralah kepada masyarakat dengan ucapan yang mereka pahami. Apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?!” (HR. Dailami).
Kadangkala Rasulullah SAW menuruti kemauan sahabatnya selama perbuatan itu berkenaan dengan adat dan tidak membahayakan. Sebagai contoh, ketika menulis surat kepada salah seorang raja untuk mengajaknya memeluk Islam, seorang sahabat berkata kepada beliau, “Mereka tidak akan membaca surat yang tidak diberi stempel.” Beliau lalu membuat cincin stempel dari perak yang bertuliskan Muhammadur Rasululloh.
Kadang kala beliau meninggalkan perbuatan yang jika ditinggalkan tidak membahayakan, demi menghindari fitnah. Sebagai contoh, beliau tidak merobohkan Ka’bah dan membangunnya sesuai pondasi yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim demi menghindari fitnah kaumnya yang belum lama meninggalkan masa Jahiliyah. Beliau pernah berkata kepada Aisyah ra, “Jika kaummu tidak baru saja meninggalkan kehidupan Jahilillah, tentu akan kuperintahkan agar Ka’bah dipugar, lalu akan kumasukkan yang dikeluarkan darinya, kemudian akan kubangun sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim.”
[1] Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Islam menghapuskan dosa-dosa yang terdahulu.” (HR. Thabarani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar